DESAIN TEKNIK
ELEKTRO
LAPORAN AKHIR
No |
Nama |
NIM |
1 |
Puad Salim |
2010951023 |
2 |
Muhammad Dafa |
2010951044 |
3 |
Wahyu Syahrul
Akmal |
2010952004 |
4 |
Syafira Suci
Darma Putri |
2010951011 |
5 |
Apriliya Rahmi
Putri |
2010953019 |
PEMBIMBING:
1. Dr. Darwison,
M.T
2. Riko Nofendra,
M.T
Sungkai atau dalam bahasa latin Peronema
Casencens merupakan tanaman berkayu tropis yang berada dalam famili lamiaceae. Persebaran
tanaman sungkai di Indonesia meliputi Pulau
Sumatera,
Kepulauan
Riau,
Jawa
Barat
dan Pulau
Kalimantan.
Sungkai tumbuh subur di daerah hutan primer yang tidak tergenang air, seperti
pinggiran sungai dan lahan terbuka. Sungkai dapat tumbuh pada ketinggian 0–600
meter diatas permukaan laut [1].
Daun sungkai memiliki potensi besar sebagai bahan baku
utama pembuatan teh herbal dikarenakan sungkai memiliki berbagai manfaat yang
baik untuk kesehatan. Diantaranya dapat dijadikan sebagai obat demam, malaria, cacingan, dan pencegah penyakit gigi.
Potensi pemanfaatan daun tanaman sungkai juga masih masih sangat besar, seperti
air rebusan daun sungkai dapat dijadikan obat antiplasmodium [2], ekstrak etanol daun
tumbuhan sungkai berpotensi sebagai antihiperurisemia [3], dan ekstrak metanol
memiliki potensi sebagai anti bakteri serta antikanker.
Teh daun sungkai
dihasilkan melalui beberapa tahapan, yaitu tahapan pengeringan, tahapan
penggilingan, dan tahapan pengemasan. Tahapan pengeringan berguna untuk
mengurangi kadar air dalam daun sungkai hingga mencapai 8%.
Tahapan penggilingan dilakukan untuk memecah sel-sel daun, pemecahan sel daun
disesuaikan dengan kebutuhan ada yang digiling kasar dan ada yang digiling
sampai menjadi serbuk. Tahapan pengemasan dimulai dengan mengambil 1-2 gram
daun sungkai yang kemudian dimasukan kedalam kantong teh [4].
Dengan berbagai
manfaat dan potensi yang dimiliki oleh teh sungkai, Ekowista Sungkai Greenpark
(ESGP) tertarik menjadi salah satu produsen yang memproduksi teh sungkai. Permasalahan yang dihadapi oleh ESGP adalah proses
pengeringan masih dilakukan secara konvensional yang masih bergantung penuh kepada iklim
dan cuaca. Hal ini berpengaruh kepada mutu dan jumlah produksi teh sungkai yang
dihasilkan. Agar mendapatkan mutu yang bagus, proses pengeringan daun sungkai
tidak boleh dilakukan dibawah sinar matahari langsung untuk menghindari adanya
senyawa aktif yang terkandung dalam daun sungkai tidak rusak karena tidak tahan
terhadap panas matahari langsung [5].
Suhu yang baik untuk pengeringan teh sungkai berkisar antara 30°C-90°C. Ketika suhu pengeringan berada dibawah 30°C,
memungkinan bakteri masih mampu bertahan sehingga membuat teh menjadi busuk.
Sedangkan jika suhu pengeringan berada diatas 90°C dapat merusak sifat
fitokimia dari teh tersebut [6].
Berdasarkan
penelitian fahrina kasumawati dkk tahun 2022 yang berjudul “Pengaruh
Pengeringan Simplisia Terhadap Potensi Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Sungkai
(peronema canescens jack) Asal Kalimantan” menyatakan bahwa lama waktu
yang dibutuhkan untuk pengeringan teh herbal menggunakan sinar matahari
langsung adalah 3 hari dengan kondisi cuaca cerah [7]. Pada penelitian tersebut memanfatkan solar
dryer dome dan heater pengeringan dapat dilakukan dalam beberapa jam saja. Pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Selvie Mahrita dkk dengan judul “Pengaruh
Lama Pengeringan Terhadap Mutu Teh Herbal Daun Sungkai (peronema canescens
jack)” tahun 2022 menggunakan oven dengan suhu berkisar 50°C [8]. Sedangkan pada penelitian
kali ini menggunakan solar dryer dome yang memanfaatkan sinar matahari sebagai
sumber pengering utama, ditambah dengan heater sebagai pengering tambahan,
perpaduan antara solar dryer dome dan heater akan menjaga suhu pada rentang
40-60°C.
Pada tahun
2023 Hasan Marzuki Harahap melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode
Pengeringan Vakum Pada Teh Herbal dari Gaun Gaharu (aquilaria malaccensis)”
[9]. Penelitian
sebelumnya menggunakan vakum untuk menurunkan titik didih air sehingga dapat
mengeluarkan air dari bahan yang dikeringkan lebih cepat, pengontrolan alat
masih dilakukan secara manual dengan menekan tombol on atau off untuk
menghidupkan dan mematikan alat. Penelitian kali ini menggunakan sensor DHT11
untuk mengontrol keadaan suhu dan kelembaban, sehingga alat secara otomatis
dapat dihidupakan atau dimatikan berdasarkan keadaan suhu dan kelembaban.
Pada tahun
2022 I Kadek Agus Cahaya Aditya dkk melakukan penelitian dengan judul” Rancang
bangun simulasi alat pengering menggunakan metode in store dengan panel surya
sebagai sumber energi”. Penelitiaan sebelumnya menggunakan bangunan pengeringan
bawang merah dengan memanfaatkan efek rumah kaca dan lampu yang dikontrol
menggunakan mikrokontroler sebagai pemanas tambahan dengan solar panel sebagai
sumber energi. Namun alat ini tidak dapat mengontrol dan memonitoring suhu dari
jarak jauh. Penelitiaan kali ini menggunakan internet of things sehingga
alat ini dapat mengontrol dan memonitoring suhu dari jarak.
Berdasarkan permasalahan dalam produksi
teh sungkai tersebut, kami membuat sebuah inovasi yaitu sistem kontrol dan
monitoring solar dryer dome terintegrasi IoT sebagai solusi pengering daun teh
sungkai.
Solar dryer dome merupakan struktur pengering yang menggunakan prinsip
pemanasan udara melalui sinar matahari [10]. Untuk memaksimalkan proses pengeringan, perlu dilakukan monitoring
dan kontrol suhu berserta kelembaban. Oleh karena itu, diperlukan alat yang
secara otomatis dapat melakukan monitoring dan kontrol guna menjaga suhu
dan kelembaban tetap berada pada suhu dan kelembaban ideal yakni direntang 40°C-60°C dengan kelembaban
dibawah <60%. Hal Ini dilakukan agar proses
pengeringan dapat berjalan secara efisien dan menjaga mutu teh tetap baik.
Selain itu, dengan menggunakan IoT dapat dilakukan pengecekan secara jarak jauh
melalui device, tanpa harus mendatangi lokasi secara langsung dan
penggunaan solar panel untuk meminimalisir biaya pengeluaran listrik.
Batasan desain diperlukan pada desain teknik elektro ini agar permasalahan tidak meluas dan permasalahan yang dipaparkan tetap berada didalam lingkup pembahasan. Batasan masalah yang ditetapkan dalam desain teknik elektro ini adalah sebagai berikut:
Informasi yang didapat berupa nilai suhu dan kelembaban
Jenis teh yang dipakai yaitu teh sungkai
Output dari sensor akan ditampilkan pada LCD dan aplikasi blynk
Pengontrolan suhu dan kelembaban hanya dilakukan pada pagi hingga sore hari.
Peletakan alat diletakan di dalam solar dryer dome diasumsikan dapat menunjukan kondisi suhu dan kelembabam pada solar dryer dome.
Tumbuhan sungkai merupakan salah satu tumbuhan obat dari famili Lamiaceae dengan ilmiah Peronema canescens Jack [11]. Tumbuhan ini mempunyai diameter mencapai 60 cm dan tinggi 20-30 m. Batangnya tumbuh lurus dengan panjang bebas cabang sekitar 15 m, berwarna abu-abu atau sawo matang, dan memiliki bentuk yang lurus dengan lekukan kecil dan beralur dangkal yang terkelupas tipis. Kulit luar batangnya dapat berwarna kekuningan, merah muda, atau coklat. Kayunya berwarna sawo muda dengan memiliki bulu halus pada ranting serta bagian bawah daun. Daunnya bersirip ganjil dan majemuk, tersusun berpasangan atau berselang, dan ujungnya lancip seperti pada Gambar 2.1. Untuk bunganya tumbuh berpasangan dalam posisi malai dan buahnya relatif kecil. Sedangkan akarnya menyebar dangkal dan tidak dapat bertahan terhadap kekurangan zat asam selama lebih dari sepuluh hari [12].
Tumbuhan sungkai tersebar luas di beberapa daerah termasuk Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia. Tumbuhan ini tumbuh optimal di iklim tropis dengan curah hujan tahunan rata-rata sekitar 2100-2700 mm dan ketinggian antara 0-600 mdpl [13]. Tumbuhan ini memiliki banyak khasiat sehingga dapat digunakan sebagai minuman herbal tradisional seperti teh. Hal ini disebabkan oleh kandungan metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, dan tannin yang terdapat dalam daun sungkai [14].
Gambar 2. 1 Tumbuhan Sungkai [11]
2.1.2 Solar Dryer Dome
Solar dryer dome merupakan struktur kubah yang dilapisi dengan plastik ultraviolet yang digunakan untuk mengeringkan simplisia dan empon-empon basah menjadi bentuk simplisia kering. Pemanfaatan solar dryer dome sebagai alternatif utama oleh petani dalam memperpendek proses pengeringan, sambil menjaga kebersihan, kualitas, dan mutu tanaman herbal. Proses pengeringan simplisian dan empon-empon di dalam kubah ini memberikan solusi efektif untuk mempertahankan standar higienitas dan kualitas yang optimal [15].
2.1.3 Internet of Things (IoT)
Internet of Things (IoT) adalah suatu jaringan yang terbentuk dari berbagai objek yang heterogen, termasuk perangkat lunak, sensor dan konektivitas. Tujuannya adalah memungkinkan objek tersebut mencapai nilai dan layanan yang lebih besar melalui internet. Keunggulan dari implentasi sistem IoT terletak pada kemampuan pemantauan dan pengendalian yang dapat berjalan secara otomatis, serta memberikan fleksibilitas bagi pengguna untuk mengontrolnya dari jarak jauh melalui perangkat IoT yang terhubung ke internet [16]. Arsitektur dasar IoT dapat terlihat pada Gambar 2.2
Gambar 2. 2 Arsitektur Dasar Internet of Things [17]
Arsitektur dari IoT sendiri terdiri atas beberapa lapisan diantaranya adalah sebagai berikut:
A. Physical Sensing Layer
Physical Sensing Layer merupakan lapisan terbawah dari arsitektur Internet of Things (IoT). Lapisan ini terdiri dari konektivitas sensor, actuator, atau embedded devices yang berfungsi untuk mengumpulkan informasi sekitarnya.
B. Internet of Things Gateway
Internet of Things Gateway adalah perangkat yang menghubungkan cloud dan user, serrta sensor dan perangkat cerdas. Semua data yang bergerak antara perangkat IoT dan cloud melewati gateway. Gateway bekerja sebagai router, yang mengarahkan data dari perangkat IoT ke cloud. Arus lalu lintas keluar digunakan untuk mengirimkan data IoT ke cloud, sementara lalu lintas masuk digunakan untuk tugas manajemen perangkat seperti pembaruan firmware perangkat.
C. Internet of Things Middleware
Internet of Things Middleware adalah perangkat lunak aplikasi independen yang menyediakan layanan dalam memfasilitasi komunikasi antar aplikasi. Middleware akan menyederhanakan kompleksitas lapisan yang lebih rendah, sistem operasi, dan jaringan dalam mengintegrasikan sistem lama dengan yang baru. Dengan demikian, IoT Middleware memungkinkan koneksi “things” dan “application layer” tanpa memerlukan perhatian khusus terhadap perbedaan sistem operasi, jaringan, atau lapisan sumber daya server.
D. Application Layer
Application Layer merupakan lapisan teratas dalam arsitektur Internet of Things, diimplementasikan melalui aplikasi khusus untuk interface antara perangkat akhir dengan jaringan. Lapisan ini memiliki tanggung jawab dalam pemformatan dan penyajian data [17].
Mikrokontroler adalah perangkat elektronika digital yang dilengkapi dengan masukan dan keluaran, serta dapat dikendalikan melalui program yang dapat ditulis dan dihapus secara khusus. Cara kerja dasar mikrokontroler melibatkan pembacaan dan penulisan data [18]. Pada dasarnya, mikrokontroler merupakan IC yang terdiri dari satu atau lebih inti prosesor (CPU), Memori (RAM dan ROM), serta GPIO (General Purpose Input Output) yang dapat diprogram [19]. Mikrokontroler memiliki beberapa karakteristik meliputit:
Memiliki program khusus yang disimpan dalam memori untuk aplikasi tertentu dan ukuran programnya relatif lebih kecil dibandingkan program pada PC.
Konsumsi daya mikrokontroler relatif kecil.
Unit I/O yang sederhana, seperti LCD, LED, Sensor [20]
NodeMCU ESP8266 adalah modul yang populer dalam pengembangan Internet of Things (IoT). Modul ini terkenal karena harganya yang sangat terjangkau dan efektif untuk digunakan dalam komunikasi atau pengendalian melalui internet baik secara stand alone (berdiri sendiri) maupun menggunakan mikrokontroler tambahan seperti arduino sebagai pengendalinya [21]. ESP8266 merupakan chip WiFi yang sangat populer dan dapat digunakan untuk menghubungkan perangkat ke jaringan internet dengan mudah dan efisienyang bentuk fisiknya dapat dilihat pada Gambar 2.3 dan pinnya dapat terlihat pada Gambar 2.4.
NodeMCU menggunakan kemampuan ESP8266 dalam menyediakan dukungan Wi-Fi yang andal, memungkinkan perangkat yang terkoneksi melalui NodeMCU untuk berkomunikasi dengan internet dan berbagai platform IoT. NodeMCU menyajikan lingkungan pengembangan bersifat terbuka (open-source) yang dapat memudahkan para pengembang dalam menciptakan dan menguji berbagai aplikasi IoT [22].
Gambar 2. 3 NodeMCU ESP8266 [22]
Gambar 2. 4 Konfigurasi Pin NodeMCU ESP8266 [22]
Spesifikasi NodeMCU ESP8266 dapat terlihat pada Tabel 2.1
Tabel 2. 1 Spesifikasi NodeMCU ESP8266 [23]
2.1.6 Sensor DHT11
DHT11 merupakan modul sensor yang mampu mengukur suhu dan kelembaban udara di sekitarnya. Sensor ini memiliki tingkat stabilitas yang sangat baik dan fitur kalibarasi yang akurat. Selain itu, DHT11 dinilai memiliki kualitas terbaik, terbukti dari respons cepat, pembacaan data yang efisien, dan kemampuan anti-interference yang baik. Dengan dimensi yang kompak, DHT11 mampu mengirimkan sinyal hingga jarak 20 meter, serta mudah diaplikasikan untuk berbagai keperluan pengukuran suhu dan kelembapan. Sensor ini juga memiliki konsumsi daya yang rendah, yaitu dengan pasokan tegangan 5V dan arus maksimum rata-rata sekitar 0.5 mA [24]. Sensor DHT11 dapat terlihat pada Gambar 2.5
Gambar 2. 5 DHT11[24]
Sensor DHT11 memiliki 2 versi, yatu versi 4 pin dan versi 3 pin. Kedua versi ini tidak memiliki perbedaan karakteristik. Pada versi 4 pin, pin 1 digunakan sebagai tegangan dengan rentang antara 3V sampai 5V. Pin 2 berfungsi sebagai keluaran (output) data. Pin 3 adalah pin NC (normally close) alias tidak digunakan dan pin 4 adalah Ground. Sementara pada versi 3 pin, pin 1 adalah VCC antara 3V hingga 5V, pin 2 adalah output data, dan pin 3 adalah ground.
Spesifikasi sensor DHT11 dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2. 2 Spesifikasi DHT11 [25]
Ketika sensor mendeteksi adanya kenaikan suhu, resistansi sensor akan menurun. Bsebaliknya, jika terjadi penurunan suhu resistansi sensor akan meningkat. Ketika sensor kelembapan mendeteksi uap, konduksi antara dua elektroda dalam sensor akan meningkat, mengakibatkan penurunan resistansi antara kedua elektroda. Ketika resistansi antara elektroda rendah, maka sensor akan mendeteksi tingginya kelembapan. Bila resistansi antara elektroda naik, maka sensor akan mendeteksi rendahnya kelembaban [25]. Berikut ini merupakan grafik respon sensor DHT11 yang terlihat pada Gambar 2.6
Gambar 2. 6 Grafik Respon DHT11 saat suhu 30°C[26]
2.1.7 Baterai AKIAki atau storage battery adalah sumber arus listrik searah yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik, dimana aki atau storage battery merupakan sebuah sel atau elemen sekunder. Saat aki digunakan, maka akan terjadi reaksi kimia yang mengakibatkan endapan pada anode (reduksi) dan katode (oksidasi) tidak ada beda potensial atau berarti aki menjadi kosong. Karena aki termasuk dalam elemen sekunder maka aki dapat diisi ulang kembali saat kondisi baterai telah habis atau kosong [27].
Gambar 2. 7 Baterai Aki Voz[27]
2.1.8 RelayRelay merupakan salah satu komponen elektronika yang dapat mengimplementasikan logika switching. Relay yang paling sederhana adalah relay elektromekanis yaitu relay yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup atau membuka kontak saklar. Prinsip kerja relay elektromekanis yaitu saat coil menerima arus listrik, maka gaya elektromagnetik akan muncul dan menarik armature yang berpegas dan contact secara otomatis akan tertutup. Contact pada relay terdiri dari dua jenis yaitu normally close dan normally open. Normally open adalah keadaan contact relay sebelum digunakan adalah open dan normally close adalah keadaan contact relay sebelum digunakan adalah close. Bentuk relay dapat terlihat pada Gambar 2.8 [28]:
Gambar 2. 8 Relay [28]
Relay yang paling sederhana adalah relay yang masih bergantung kepada elektromagnet sebagai penutup atau pembuka kontak, seiring berjalannya waktu ditemukanlah relay yang menggunakan sifat semikonduktor dimana sifat dari semikonduktor berfungsi untuk mengontrol relay tanpa harus bergantung kepada suatu bagian bergerak. Karakteristik dari relay adalah dapat beroperasi tanpa harus dikalibrasi terlebih dahulu dan beberapa koil operasi terkadang dapat digunakan sebagai pelindung dari sirkuit listrik ketika terjadi kesalahan atau kelebihan dalam sistem tenaga listrik. Fungsi-fungsi tersebut dijalankan oleh suatu instrumen digital yang disebut relay shield. Pada relay pengunci untuk mengaktifkan relay secara terus menerus hanya membutuhkan satu buah pulsa daya kontrol. Dan pulsa lainnya dihubungkan ke terminal kontrol, atau dihubungkan dengan pulsa dengan polaritas yang berlawanan. Relay dengan kait magnetik berfungsi ketika sirkuit yang dikendalikan oleh relay akan terus berjalan ketika daya yang diberikan terputus [28].
Liquid Crystal Display atau yang biasa disebut dengan LCD merupakan suatu perangkat tampilan yang terdiri dari kristal cair dan berfungsi sebagai penampil utama. Saat ini, pasar menyediakan berbagai jenis LCD yang beragam. Namun, standar yang umum digunakan dan paling populer adalah LCD dengan tampilan 16x2 (16 kolom dan 2 baris) yang memiliki konsumsi daya yang rendah. LCD 20x4 dapat menampilkan pemograman data komunikasi sebesar 4 bit atau 8 bit [29].
Salah satu LCD 20x4 adalah LCD yang terhubung ke I2C yang dapat terlihat pada Gambar 2.9. I2C sering digunakan untuk komunikasi antara one master dan multiple slaves. Keuntungan menggunakan I2C adalah dapat mengurangi kebutuhan untuk menggunakan banyak pin digital di papan Arduino. I2C adalah protokol komunikasi serial, sehingga data ditransfer secara bertahap melalui satu kabel (jalur SDA). I2C mendukung kecepatan data 100 Kbps (mode standar), 400 Kbps (mode Cepat), dan dapat mencapai hingga 3,4 Mbps (mode kecepatan tinggi) [30].
Gambar 2. 9 LCD I2C [29]
Berikut pin dari LCD yang dapat terlihat pada Tabel 2.3:
Tabel 2. 3 Pin LCD I2C 20x4 [29]
2.1.10 Heater
Heater merupakan suatu komponen pemanas yang menghasilkan energi panas dari sumber listrik. Elemen pemanas digunakan sebagai perangkat untuk mengubah energi listrik menjadi energi panas melalui proses joule Heating. Elemen pemanas terdiri dari lilitan kawat atau koil yang dililitkan pada sebuah bahan isolator. Arus listrik akan mengalir melalui resistor dan mengubah arus listrik menjadi panas. Heater ini menggunakan arus listrik AC frekuensi tinggi yang diterapkan pada benda kerja, seperti penghatar dengan sumber tegangan 220 Volt dan daya 300 Watt. Elemen pemanas ini menggunakan kawat nichrome yang terbuat dari campuran 80% nikel dan 20% krom [18]. Ilustrasi heater dapat terlihat pada Gambar 2.10
Gambar 2. 10 Heater [18]
2.1.11 BlynkBlynk adalah layanan server yang mendukung proyek Internet of Things (IoT), dengan lingkungan pengguna seluler untuk pengguna Android dan iOS, yang dapat diunduh dari Google Play untuk pengguna Android dan App Store untuk pengguna iOS. Blynk mendukung berbagai macam perangkat keras yang dapat digunakan untuk proyek IoT. Ini adalah dasbor digital dengan antarmuka pengguna grafis untuk membuat proyek. Blynk memiliki tiga komponen utama [31]:
1. Blynk Apps: komponen ini memungkinkan pengguna untuk membuat antarmuka proyek dengan berbagai komponen input dan output yang mendukung pengiriman dan penerimaan data, serta representasi data dalam bentuk angka visual dan grafik.
2. Server Blynk: layanan back-end berbasis cloud yang mengelola komunikasi antara aplikasi ponsel pintar dan lingkungan perangkat keras. Layanan ini dapat menangani puluhan unit perangkat keras secara bersamaan, sehingga memudahkan para pengembang sistem IoT.
3. Perpustakaan Blynk: komponen ini dapat digunakan untuk membantu pengembangan kode; perpustakaan Blynk tersedia untuk banyak platform perangkat keras dan memfasilitasi pengembang IoT karena fleksibilitas perangkat keras yang didukung oleh lingkungan Blynk.
Blynk adalah platform perangkat lunak IoT dengan kode rendah yang memungkinkan perusahaan dan pengembang untuk membangun aplikasi seluler dan dasbor web khusus dengan pembangun aplikasi seret dan lepas. Ini adalah solusi IoT perangkat keras-agnostik lengkap dengan backend terintegrasi. Blynk berjalan di lebih dari 400 perangkat keras dan memungkinkan pengguna untuk membuat prototype, menerapkan, dan mengelola perangkat elektronik yang terhubung kapan saja dengan cara yang sederhana dan kuat. Ini adalah pembangun aplikasi tanpa kode [31].
Gambar 2. 11 Blynk [31]
2.1.12 Exhaust FanKipas ekstraksi udara yang juga dikenal sebagai exhaust fan, berperan dalam menarik udara dari dalam ruangan untuk dikeluarkan ke luar. Perangkat ini membantu mengatur sirkulasi udara baik di lingkungan rumah maupun di sektor industri. Pada lingkungan industri, exhaust fan umumnya dipasang di atap area produksi dan beroperasi secara terus menerus. [32]. Gambar Exhaust Fan dapat terlihat pada Gambar 2.12
Gambar 2. 12 Exhaust Fan [32]
2.1.13 Solar Panel CellSolar panel cell adalah perangkat yang mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Prinsip kerja solar panel cell didasarkan pada efek fotovoltaik, yaitu pembangkitan beda potensial di persimpangan dua bahan berbeda sebagai respons terhadap radiasi elektromagnetik.
Solar panel cell terdiri dari dua jenis semikonduktor, yaitu silikon tipe-p dan silikon tipe-n. Silikon tipe-p dihasilkan dengan menambahkan atom-atom seperti boron atau galium yang memiliki satu elektron lebih sedikit di tingkat energi luar daripada silikon. Karena boron memiliki satu elektron lebih sedikit daripada yang dibutuhkan untuk membentuk ikatan dengan atom-atom silikon di sekitarnya, maka terciptalah kekosongan elektron atau “lubang”. Silikon tipe-n dibuat dengan menyertakan atom-atom yang memiliki satu elektron lebih banyak di tingkat energi luar daripada silikon, seperti fosfor. Fosfor memiliki lima elektron di tingkat energi luar, bukan empat. Ia berikatan dengan atom-atom silikon tetangganya, tetapi satu elektron tidak terlibat dalam ikatan. Sebaliknya, ia bebas bergerak di dalam struktur silikon.
Solar panel cell terdiri dari lapisan silikon tipe-p yang ditempatkan berdampingan dengan lapisan silikon tipe-n (Gambar 2.13). Di lapisan tipe-n, terdapat kelebihan elektron, dan di lapisan tipe-p, terdapat kelebihan lubang bermuatan positif (yang merupakan kekosongan karena kurangnya elektron valensi). Dekat persimpangan kedua lapisan, elektron di satu sisi persimpangan (lapisan tipe-n) bergerak ke lubang di sisi lain persimpangan (lapisan tipe-p). Hal ini menciptakan daerah di sekitar persimpangan, yang disebut zona deplesi, di mana elektron mengisi lubang yang dapat terlihat pada Gambar 2.13.
Gambar 2. 13 Representasi Skematik dari Solar Panel Cell [33]
Ketika semua lubang terisi dengan elektron di zona deplesi, sisi tipe-p dari zona deplesi (di mana lubang awalnya ada) sekarang mengandung ion bermuatan negatif, dan sisi tipe-n dari zona deplesi (di mana elektron ada) sekarang mengandung ion bermuatan positif. Adanya ion bermuatan berlawanan ini menciptakan medan listrik internal yang mencegah elektron di lapisan tipe-n mengisi lubang di lapisan tipe-p.
Ketika cahaya matahari mengenai solar panel cell, elektron di silikon terlepas, yang mengakibatkan pembentukan “lubang” - kekosongan yang ditinggalkan oleh elektron yang melarikan diri. Jika hal ini terjadi di medan listrik, medan tersebut akan menggerakkan elektron ke lapisan tipe-n dan lubang ke lapisan tipe-p. Jika Anda menghubungkan lapisan tipe-n dan tipe-p dengan kawat logam, elektron akan bergerak dari lapisan tipe-n ke lapisan tipe-p dengan melintasi zona deplesi dan kemudian melalui kawat eksternal kembali ke lapisan tipe-n, menciptakan aliran listrik
Solar panel cell memiliki beberapa keuntungan, seperti ramah lingkungan, dapat diperbarui, dan hemat biaya dalam jangka panjang. Namun, solar panel cell juga memiliki beberapa tantangan, seperti efisiensi yang rendah, ketergantungan pada cuaca, dan kebutuhan akan ruang yang luas. Untuk meningkatkan kinerja solar panel cell, beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah jenis bahan, desain sel, dan pengaturan sirkuit [33].
Gambar 2. 14 Inverter [34]
Inverter adalah perangkat yang mengubah arus listrik searah (DC) menjadi arus listrik bolak-balik (AC). Inverter biasanya digunakan untuk mengoperasikan peralatan listrik yang membutuhkan tegangan AC, seperti lampu, televisi, kipas angin, dan sebagainya, dari sumber tegangan DC, seperti baterai, panel surya, atau generator.
Prinsip kerja inverter didasarkan pada penggunaan rangkaian elektronik yang dapat mengubah polaritas tegangan DC secara periodik, sehingga menghasilkan gelombang AC. Ada beberapa jenis rangkaian inverter, seperti inverter resonansi, inverter multilevel, inverter bridge, dan inverter push-pull. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri, tergantung pada tujuan penggunaan, efisiensi, biaya, dan kompleksitas [34].
Gambar 2. 15 SSC [33]
SCC adalah singkatan dari solar charge controller, yaitu perangkat yang mengatur arus dan tegangan listrik yang dihasilkan oleh panel surya ke baterai atau beban. SCC bertujuan untuk mencegah baterai dari overcharging (kelebihan pengisian) atau overdischarging (kekurangan pengisian), yang dapat merusak baterai dan mengurangi umur pakainya.
Prinsip kerja SCC didasarkan pada pengukuran tegangan baterai dan panel surya secara terus-menerus, dan kemudian mengambil tindakan sesuai dengan kondisi baterai dan panel surya. Ada beberapa jenis SCC, seperti SCC PWM, SCC MPPT, dan SCC hybrid. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri, tergantung pada efisiensi, biaya, dan kompleksitas [33].
Permasalahan efektivitas pengeringan daun sungkai merupakan masalah yang belum banyak dibahas, sehingga belum banyak solusi yang ditawarkan. Berikut ini merupakan beberapa alternatif solusi untuk pengeringan daun sungkai dapat terlihat pada Tabel 2.4
Tabel 2. 4 Solusi terkait metode pengeringan daun sungkai
Berdasarkan permasalahan yang ada, kami memilih solusi membuat alat pengering teh daun sungkai otomatis terintegrasi IoT menggunakan aplikasi Blynk.
Alat ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
Alat ini dapat mengontrol suhu dan kelembaban sehingga mutu teh yang dihasilkan dapat terjaga dengan baik.
Waktu yang diperlukan untuk mengeringkan teh jauh lebih efisien.
Dapat menghemat pemakaian listrik karena mengandalkan sinar matahari dan heater.
Menggunakan aplikasi Blynk sebagai penghubung antara sensor dengan pengguna, sehingga pengguna mengetahui kondisi suhu dan kelembaban yang pas untuk mengeringkan daun sungkai.
Menggunakan solar panel sebagai sumber energi untuk alat ini, sehingga dapat meminimalisir biaya yang dibutuhkan untuk sumber energi listrik.
Berikut ini merupakan mata kuliah yang terkait dengan perancangan yang dilakukan pada Tabel 2.5
Tabel 2. 5 Mata kuliah yang terkait
Pada perancangan perangkat keras digunakan sensor DHT11 sebagai pengukur suhu dan kelembaban, heater sebagai pemanas ruangan, exhaust fan sebagai mengalirkan udara panas dari heater, LCD untuk menampilkan rerata suhu dan rerata kelembaban ruangan, dan mikrokontroler NodeMCU sebagai sistem utama. Sumber tegangan untuk sistem menggunakan panel surya. Berikut rancangan alat yang dapat terlihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3. 1 Rangkaian Alat Menggunakan Proteus
Gambar 3. 2 Rangkaian Elektrikal
Panel surya berfungsi sebagai penghasil energi istrik melalui penyerapan panas matahari. Ketika sinar matahari mengenai panel surya, sel fotovoltaik di dalamnya mengubah energi matahari menjadi listrik berbentuk arus searah (DC). Energi listrik yang dihasilkan oleh panel surya kemudian dialirkan ke Solar Cell Charge (SCC). SCC berfungsi sebagai mengatur aliran listrik dari panel surya ke baterai aki agar baterai tidak overcharge atau rusak akibat arus litrik yang berlebihan. Setelah melewati SCC, energi listrik akan disimpan di baterai aki sebesar 12V untuk digunakan pada saat dibutuhkan.
ESP8266 dihidupkan melalui power adapter. Pin D5, D6, D7, dan D8 dari ESP8266 dihubungkan sebagai output dari empat sensor DHT11 untuk mendeteksi suhu dan kelembaban ruangan solar dryer dome. Heater dihubungkan ke pin D3 ESP8266 dan exhaust fan dihubungkan ke pin D4. ESP8266 diprogram dengan konfigurasi yang sesuai, ESP8266 dihubungkan ke jaringan wifi. Lalu, melalui platform Blynk, data rata-rata suhu dan kelembaban yang dihasilkan sensor DHT11 akan ditampilkan. Blynk menunjukkan perubahan dalam rata-rata suhu dan kelembaban dari waktu ke waktu serta menampilkan kondisi heater dan exhaust fan. Dengan ini, pengguna bisa dengan mudah memantau kondisi lingkungan dan melacak pola perubahan suhu serta kelembaban. ESP8266 diprogram untuk memantau suhu dan kelembaban pada ruangan Solar Dryer Dome, jika ESP8266 mendeteksi suhu dibawah 40°C dan kelembaban diatas 60% maka ESP8266 akan mengirimkan sinyal ke relay untuk aktif sehingga exhaust fan dan heater akan hidup untuk membuat ruangan panas mencapai suhu 40°C dan kelembaban dibawah 60%.
Perancangan desain alat melalui metode yang diperlihatkan pada diagram Gambar 3.3 dibawah ini:
Gambar 3. 3 Diagram Perancangan Alat
Langkah-langkah yang dilaksanakan sebagai berikut,
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan sebagai Langkah dalam menentukan masalah apa yang muncul terkait topik yang diambil. Identifikasi masalah dilakukan dengan melakukan metode wawancara dan observasi kepada produsen teh sungkai di ESGP. Diskusi bertujuan untuk mengetahui kondisi dan masalah yang dihadapi oleh produsen teh sungkai di EGSP. Identifikasi masalah juga dilakukan dengan cara studi literatur dengan menelusuri artikel ilmiah.
Perancangan dan Implementasi Alat
Rancangan alat menggunakan mikrokontroler NodeMCU yang didalamnya telah dilengkapi dengan modul WiFi ESP8266. Sensor yang digunakan dalam pembuatan alat ini adalah sensor DHT11. Perancangan sistem dilakukan dalam dua tahapan yaitu perancangan perangkat keras dan perangkat lunak.
Pengujian Sistem
Pengujian terhadap sistem atau alat dilakukan secara langsung untuk menunjukkan bahwa rancangan yang dibuat telah berfungsi dengan baik. Alat monitoring akan menampilkan pemberitahuan apabila suhu dan kelembaban Solar Dryer Dome tidak dalam kondisi ideal dan otomatis heater dan exhaust fan akan menyala untuk mengembalikan suhu dan kelembaban ideal pada proses dehidrasi daun sungkai, melalui smartphone secara nirkabel dan menyimpan rekapan data dari hasil monitoring sensor ke server database.
Evaluasi dan Perbaikan Sistem
Sistem yang telah diuji kemudiaan dievaluasi berdasarkan keterangan dari produsen teh sungkai mengenai alat yang akan merekam data suhu dan kelembaban selama pengukuran berlangsung. Data tersebut akan secara real time akan dikirim ke Blynk dan database server sebagai evaluasi bagi pemilik usaha.
Penyusunan Laporan Kemajuan
Penyusunan laporan kemajuan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan pembuatan alat telah terlaksana berdasarkan dengan rencana awal kegiatan.
Penyusunan Laporan Akhir
Laporan akhir berisi tentang semua proses pembuatan alat, dimulai dari perancangan alat, pembuatan alat, kendala yang dihadapi, hingga hasil akhir dari alat yang telah dibuat
Sistem diimplementasikan pada solar dryer dome untuk pengeringan daun teh sungkai. Sistem akan merekam data suhu dan kelembaban selama pengukuran berlangsung. Data suhu dalam satuan derajat celcius(°C) dan data kelembaban dalam satuan persentase (%) menunjukkan bahwa adanya perubahan nilai saat alat diterapkan pada solar dryer dome pengeringan daun teh sungkai, sehingga alat monitoring akan menampilkan pemberitahuan apabila suhu dan kelembaban berada di bawah 40oC dan kelembaban >60% , maka otomatis heater serta exhaust fan akan menyala untuk membuat suhu di atas 40 oC dan kelembaban <60%, melalui smartphone secara nirkabel dan menyimpan resapan data dari hasil monitoring sensor ke server database. Berikut adalah blok diagram:
Gambar 3. 4 Blok diagram kontrol sistem solar dryer dome
Pada gambar 3.5 dibawah ini merupakan blok diagram dari “Sistem Kontrol Dan Monitoring Solar Dryer Dome Terintegrasi Iot Sebagai Solusi Pengering Daun Teh Sungkai” yang telah dirancang.
Gambar 3. 5 Blok diagram sistem kontrol dan monitoring solar dryer dome
Blok diagram pada gambar 3.5 menggambarkan awal pengontrolan dimulai dari DHT11 berperan dalam mengukur suhu dan kelembaban pada solar dryer dome dimana nilai tersebut akan memengaruhi kinerja dari exhaust fan dan heater, ketika suhu kurang dari 40o Celcius dan kelembaban lebih dari 60%, maka relay 1 lalu exhaust fan dan relay 2 lalu heater akan hidup. Nilai suhu dan kelembaban akan ditampilkan di LCD. Jika ESP8266 mendapatkan sinyal Wifi yang telah diprogram konfigurasinya, maka bisa ditampilkan nilai dan grafik dari suhu dan kelembaban pada platform Blynk.
Perancangan software dilakukan untuk membentuk instruksi yang akan digunakan pada sitem kerja alat. Dalam merancang software hal pertama yang dilakukan adalah membuat algoritma program. Salah satu bentuk algoritma dituangkan dalam bentuk flowchart sebagai garis besar jalannya suatu program. Tujuan dibuatnya flowchart ini adalah untuk memudahkan dalam memahami prinsip kerja dari alat yang dibuat. Berikut flowchart perancangan software.
Jadwal
Tabel 3. 1 Rencana Jadwal Kegiatan
Pembagian kerjaRencana pembagian kerja dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3. 2 Pembagian Kerja
C. BiayaRencana anggaran biaya dapat dilihat pada Tabel 3.3
Tabel 3. 3 Rincian penggunaan biaya
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.1 Metode dan Analisis Hasil Pengujian[Back]
Dalam bab 4 ini menjelaskan untuk mengevaluasi sistem yang telah dibuat, memastikan bahwa sistem berfungsi sesuai dengan rancangan dan dapat bekerja dengan baik. Hasil perancangan ini akan menjadi dasar untuk pengembangan sistem yang lebih baik dalam perencanaan masa depan. Beberapa poin penting yang dijelaskan dalam bab ini meliputi:
4.1.1 Kalibrasi Sensor DHT11[Back]Kalibrasi dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana sensor DHT 11 membaca suhu dan kelembaban dengan tepat. Hal ini dilakukan dengan menggunakan hygrothermometer sebagai standar acuan untuk memastikan tingkat akurasi pembacaan sensor.
Dalam pengujian error, dilakukan perbandingan pembacaan dari dua alat yang berbeda, yaitu alat yang dirancang dan hygrothermometer. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kesalahan pembacaan sensor dan memperoleh data perbandingan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi akurasi pembacaan sensor.
Tabel 4. 1 Data Kalibrasi Sensor DHT11 dengan hygro thermometer
Hasil pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan untuk mendapatkan karakteristik suhu dan kelembaban solar dryer dome pada waktu pagi, siang, sore, dan malam.
Berikut ini adalah tabel dan grafik data dari hasil pengukuran suhu dan kelembaban solar dryer dome pada pagi hari. Pengukuran dilakukan selama 210 menit dimulai pada pukul 07.11 – 10.11 WIB, dengan pengambilan data setiap 5 menit. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban solar dryer dome pada pagi hari dapat terlihat tabel 4.2, sedangkan grafik dari data dapat terlihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2.
Tabel 4. 2 Data Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Pada Pagi Hari
Gambar 4. 1 Grafik Pengukuran Suhu Solar Dryer Dome Pada Pagi Hari
Pada gambar 4.1 memperlihatkan grafik suhu yang diukur pada pagi hari dengan cuaca cerah menggunakan sensor DHT11. Dari grafik dapat terlihat suhu mengalami kenaikan sebesar 7,59 oC dari 27,21oC menjadi 34,80oC dengan nilai rata-rata 30,54 oC. Suhu pada pagi hari mengalami kenaikan suhu diakibatkan mulai terbitnya matahari.
Gambar 4. 2 Grafik Pengukuran Kelembaban Solar Dryer Dome Pada Pagi Hari
Pada gambar 4.2 memperlihatkan grafik kelembaban yang diukur pada pagi hari dengan cuaca cerah menggunakan sensor DHT11. Dari grafik dapat terlihat kelembaban mengalami penurunan dari 95% menjadi 83,5% dengan nilai rata-rata 89,93%. Kelembaban pada pagi hari mengalami penurunan diakibatkan mulai terbitnya matahari.
Berikut ini adalah tabel dan grafik data dari hasil pengukuran suhu dan kelembaban solar dryer dome pada siang hari. Pengukuran dilakukan selama 210 menit dimulai pada pukul 11.02 – 14.02 WIB, dengan pengambilan data setiap 5 menit. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban solar dryer dome pada siang hari dapat terlihat tabel 4.3, sedangkan grafik dari data dapat terlihat pada gambar 4.3 dan gambar 4.4.
Tabel 4. 3 Data Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Pada Siang Hari
Gambar 4. 3 Grafik Pengukuran Suhu Solar Dryer Dome Pada Siang Hari
Pada gambar 4.3 memperlihatkan grafik suhu yang diukur pada siang hari menggunakan sensor DHT11. Dari grafik dapat terlihat suhu mengalami kenaikan sebesar 4,74oC dari 36,54oC menjadi 41,28oC dan kemudian turun hingga 35,88oC dengan nilai rata-rata 38,46oC. Suhu pada siang hari mengalami peningkatan ketika cahaya matahari bersinar dan kemudian turun ketika cuaca gerimis.
Gambar 4. 4 Grafik Pengukuran Kelembaban Solar Dryer Dome Pada Siang Hari
Pada gambar 4.4 memperlihatkan grafik kelembaban yang diukur pada siang hari menggunakan sensor DHT11. Dari grafik dapat terlihat kelembaban mengalami penurunan dari 67,5% menjadi 56,5% dan kemudian naik hingga 69,5% dengan nilai rata-rata 63,82%. Kelembaban pada siang hari mengalami penurunan ketika cahaya matahari bersinar dan kemudian naik ketika cuaca gerimis.
Berikut ini adalah tabel dan grafik data dari hasil pengukuran suhu dan kelembaban solar dryer dome pada pagi hari. Pengukuran dilakukan selama 210 menit dimulai pada pukul 15.00 – 18.00 WIB, dengan pengambilan data setiap 5 menit. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban solar dryer dome pada sore hari dapat terlihat tabel 4.4 sedangkan grafik dari data dapat terlihat pada gambar 4.5 dan gambar 4.6.
Tabel 4. 4 Data Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Pada Sore Hari
Gambar 4. 5 Grafik Pengukuran Suhu Solar Dryer Dome Pada Sore Hari
Pada gambar 4.5 memperlihatkan grafik suhu yang diukur pada sore hari dengan cuaca mendung menggunakan sensor DHT11. Dari grafik dapat terlihat suhu mengalami penurunan sekitar 6oC dari 33,53oC menjadi 27,00oC dengan nilai rata-rata 31,81oC. Suhu pada sore hari mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan diakibatkan oleh cuaca mendung yang cendrung membuat suhu mengalami penurunan.
Gambar 4. 6 Grafik Pengukuran Kelembaban Solar Dryer Dome Pada Sore Hari
Pada gambar 4.6 memperlihatkan grafik kelembaban yang diukur pada sore hari dengan cuaca cerah menggunakan sensor DHT11. Dari grafik dapat terlihat kelembaban mengalami kenaikan dari 86,75% menjadi 94,00% dengan nilai rata-rata 89,01 %. Kelembaban pada sore hari meningkat akibat kondisi cuaca mendung dan intensitas sinar matahari yang minim cenderung berkontribusi pada peningkatan kelembaban.
Berikut ini adalah tabel dan grafik data dari hasil pengukuran suhu dan kelembaban solar dryer dome pada malam hari. Pengukuran dilakukan selama 210 menit dimulai pada pukul 18.07 – 21.07 WIB, dengan pengambilan data setiap 5 menit. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban solar dryer dome pada malam hari dapat terlihat tabel 4.5, sedangkan grafik dari data dapat terlihat pada gambar 4.7 dan gambar 4.8.
Tabel 4. 5 Data Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Pada Malam Hari
Gambar 4. 7 Grafik Pengukuran Suhu Solar Dryer Dome Pada Malam Hari
Pada gambar 4.7 memperlihatkan grafik suhu yang diukur pada malam hari dengan cuaca hujan menggunakan sensor DHT11. Dari grafik dapat terlihat terjadi penurunan suhu dengan rentang nilai dari 26,15oC sampai 25,22oC dan rata-rata suhu 25,78oC. Suhu pada malam hari mengalami penurunan suhu karena tidak ada sinar matahari dan kondisi cuaca hujan turut meningkatkan kecendrungan penurunan suhu.
Gambar 4. 8 Grafik Pengukuran Kelembaban Solar Dryer Dome Pada Malam Hari
Pada gambar 4.8 memperlihatkan grafik kelembaban yang diukur pada malam hari dengan cuaca hujan menggunakan sensor DHT11. Dari grafik dapat terlihat kelembaban mengalami kenaikan dari 95% menjadi 96,75% dengan nilai rata-rata 96,0%. Kelembaban pada malam hari mengalami kenaikan kelembaban diakibatkan oleh kondisi cuaca hujan sehingga cendrung membuat kelembaban meningkat.
4.1.3.1 Sistem Kontrol Suhu dan Kelembaban Solar Dryer Dome[Back]
Pengujian dilakukan terhadap sistem kontrol pengering daun teh sungkai dari pagi hingga sore hari. Pada sistem kontrol pengering teh daun sungkai, alat kontrol pengering teh daun sungkai diletakan dibagian dalam dari solar dryer dome. Exhaust fan diletakkan menghadap kearah heater sehingga dapat menyebarkan hawa panas keseluruh ruangan solar dryer dome.
Sensor suhu diletakan disetiap sudut ruangan untuk mendeteksi temperatur dari keseluruhan ruangan. Exhaust fan dan heater akan bekerja sesuai dengan kondisi rata-rata dari keseluruhan sensor suhu yang digunakan. Jika pada rata-rata suhu temperatur ruangan kurang dari 40oC dan kelembaban >60% maka heater dan exhaust fan akan menyala. Sebaliknya, jika suhu rata-rata lebih dari 40oC dan kelembaban <60% derajat celcius maka heater dan exhaust fan akan mati. Nilai set poin yang digunakan yaitu 40oC pada suhu dan 60% pada kelembaban.
A. Pagi Hari
Berikut ini adalah tabel dan grafik data dari hasil kontrol suhu dan kelembaban
solar dryer dome. Pengukuran dilakukan selama ±60 menit dimulai pada pukul
09.13 – 10.13 WIB, dengan pengambilan data setiap 1 menit. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban solar dryer dome pada pagi hari dapat terlihat tabel 4.6 dan tabel 4.7, sedangkan grafik dari data dapat terlihat pada gambar 4.9 dan gambar 4.10.
Tabel 4. 6 Data Hasil Pengujian Kontrol Suhu Pada Pagi Hari
Gambar 4. 9 Grafik Perbandingan Suhu Sebelum dan Sesudah Dikontrol Pada Pagi Hari
Pada gambar 4.9 grafik data didapatkan bahwa perbandingan suhu sebelum dan sesudah dikontrol pada pukul 09.13 – 10.13 WIB mengalami kenaikan suhu secara signifikan. Dimana sebelum pengontrolan suhu hanya mencapai 34,8oC, sedangkan setelah pengontrolan suhu mencapai 41,48oC. Hal ini dikarenakan aktifnya heater dan exhaust fan yang membuat suhu secara bertahap meningkat mencapai suhu di atas 40oC.
Tabel 4. 7 Data Hasil Pengujian Kontrol Kelembaban Pada Pagi Hari
Gambar 4. 10 Grafik Perbandingan Kelembaban Sebelum dan Sesudah Dikontrol Pada Pagi Hari
Pada gambar 4.10 grafik data didapatkan bahwa perbandingan kelembaban sebelum dan sesudah dikontrol pada pukul 09.13 – 10.13 WIB mengalami penurunan kelembaban secara signifikan. Dimana sebelum pengontrolan kelembaban hanya mencapai 77%, sedangkan setelah pengontrolan kelembaban turun hingga 56%. Hal ini dikarenakan aktifnya heater dan exhaust fan yang membuat kelembaban secara bertahap menurun mencapai kelembaban di bawah 60%.
B. Siang Hari
Berikut ini adalah tabel dan grafik data dari hasil kontrol suhu dan kelembaban solar dryer dome pada siang hari. Pengukuran dilakukan selama ±60 menit dimulai pada pukul 11.32 – 13.32 WIB, dengan pengambilan data setiap 1 menit. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban solar dryer dome pada siang hari dapat terlihat tabel 4.8 dan tabel 4.9, sedangkan grafik dari data dapat terlihat pada gambar 4.11 dan gambar 4.12.
Tabel 4. 8 Data Hasil Pengujian Kontrol Suhu Pada Siang Hari
Gambar 4. 11 Grafik Perbandingan Suhu Sebelum dan Sesudah Dikontrol Pada Siang Hari
Pada gambar 4.11 grafik data didapatkan bahwa perbandingan suhu sebelum dan sesudah dikontrol pada pukul 11.32 – 12.32 WIB tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Namun, ketika dilakukan pengontrolan suhu naik lebih cepat dibandingkan sebelum dilakukan pengontrolan. Hal ini dipengaruhi aktifnya heater dan exhaust fan yang mempercepat suhu mencapai di atas 40oC.
Tabel 4. 9 Data Hasil Pengujian Kontrol Kelembaban Pada Siang Hari
Gambar 4. 12 Grafik Perbandingan Kelembaban Sebelum dan Sesudah Dikontrol Pada Siang Hari
Pada gambar 4.12 grafik data didapatkan bahwa perbandingan kelembaban sebelum dan sesudah dikontrol pada pukul 11.32 – 12.32 WIB tidak mengalami penurunan yang signifikan. Namun, ketika dilakukan pengontrolan kelembaban turun lebih cepat dibandingkan sebelum dilakukan pengontrolan. Hal ini dipengaruhi aktifnya heater dan exhaust fan yang mempercepat kelembaban mencapai di bawah 60%.
C. Sore Hari
Berikut ini adalah tabel dan grafik data dari hasil kontrol suhu dan kelembaban solar dryer dome pada sore hari. Pengukuran dilakukan selama ±60 menit dimulai pada pukul 17.05 – 18.05 WIB, dengan pengambilan data setiap 1 menit. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban solar dryer dome pada sore hari dapat terlihat tabel 4.10 dan tabel 4.11, sedangkan grafik dari data dapat terlihat pada gambar 4.13 dan gambar 4.14.
Tabel 4. 10 Data Hasil Pengujian Kontrol Suhu Pada Sore Hari
Gambar 4. 13 Grafik Perbandingan Suhu Sebelum dan Sesudah Dikontrol Pada Sore Hari
Pada gambar 4.13 grafik data didapatkan bahwa perbandingan suhu sebelum dan sesudah dikontrol pada pukul 17.05 – 18.05 WIB mengalami kenaikan suhu secara signifikan. Dimana sebelum pengontrolan suhu hanya mencapai 27,8oC, sedangkan setelah pengontrolan suhu mencapai 37,56oC. Namun setelah pengontrolan yang dilakukan selama satu jam, aktifnya heater dan exhaust fan tidak mencapai suhu di atas 40oC sehingga memerlukan waktu tambahan untuk membuat suhu di atas 40oC.
Tabel 4. 11 Data Hasil Pengujian Kontrol Kelembaban Pada Sore Hari
Gambar 4. 14 Grafik Perbandingan Kelembaban Sebelum dan Sesudah Dikontrol Pada Sore Hari
Pada gambar 4.14 grafik data didapatkan bahwa perbandingan kelembaban sebelum dan sesudah dikontrol pada pukul 17.05 – 18.05 WIB mengalami penurunan kelembaban secara signifikan. Dimana sebelum pengontrolan suhu hanya mencapai 95,25%, sedangkan setelah pengontrolan kelembaban mencapai 67%. Namun setelah pengontrolan selama satu jam, aktifnya heater dan exhaust fan tidak mencapai kelembaban dibawah 60% sehingga memerlukan waktu tambahan untuk membuat kelembaban di bawah 60%.
Sistem monitoring yang sudah dihubungkan ke wifi akan langsung menampilkan data seperti yang sudah diprogram sebelumnya. Tampilan data dapat dilihat seperti berikut:
Gambar 4. 15 Tampilan Monitoring Suhu dan Kelembaban di Blynk
Pada gambar 4.15 ditampilkan indikator dari masing-masing output sensor berupa keadaan suhu dan kelembaban. Output dari sensor suhu akan menghidupkan exhaust fan dan heater secara otomatis dengan syarat suhu yang dideteksi kurang dari ambang batas yang telah ditentukan. Ketika suhu sudah mencapai titik ambang batas yang diinginkan maka secara otomatis exhaust fan dan heater akan mati atau berhenti menyala. Dibagian bawah terdapat bagian yang chart yang menampilkan keadaan suhu dan kelembaban dalam bentuk grafik. Hal tersebut berfungsi untuk memudahkan dalam memonitoring keadaan suhu dan kelembaban karena dapat melihat perubahan yang terjadi sesuai dengan waktu. Tampilan LCD dapat dilihat pada Gambar 4.16
Gambar 4. 16 Tampilan LCD Pada Sistem Monitoring Suhu dan Kelembaban Solar Dryer Dome
Pada Gambar 4.16 LCD terdapat 4 pengamatan yaitu “Temp Avg” dan “Humi Avg” merupakan nilai suhu dan kelembaban rata-rata dari sensor DHT11, Heater dan Fan yang akan aktif (ON) atau mati (OFF) berdasarkan suhu dan kelembaban pada solar dryer dome.
4.2.1.1 Perakitan Sistem Kontrol[Back]
Daftar alat dan bahan yang disebutkan pada Bab sebelumnya, digunakan sebagai acuan untuk membeli dan menyelesaikan setiap komponen sistem kontrol ini. Bahan-bahan ini dibeli secara offline maupun online dan dikirim ke rumah peneliti. Perakitan dilakukan setelah semua elemen alat dan bahan telah dipenuhi. Sistem kontrol ini terdiri dari sensor DHT11, LCD, heater, dan exhaust fan yang mana semua komponen ini dihubungkan ke mikrokontroller ESP8266.
ESP8266 dihidupkan melalui power adapter. Pin D5, D6, D7, dan D8 dari ESP8266 dihubungkan sebagai output dari empat sensor DHT11 untuk mendeteksi suhu dan kelembaban ruangan solar dryer dome. Heater dihubungkan ke pin D3 ESP8266 dan exhaust fan dihubungkan ke pin D4 melalui kaki input. Selanjutnya komponen ESP8266 dihubungkan melalui pin SDA (D2) dan SCL (D1) agar data yang dikirmkan dapat ditampilkan pada LCD. Berikut merupakan tampilan kotak untuk sistem pada gambar 4.17 di bawah ini:
Gambar 4. 17 Kotak Sistem Kontrol dan Monitoring Suhu dan Kelembaban Solar Dryer Dome
Selanjutnya kotak sistem kontrol, heater, exhaust fan, SCC, baterai, dan inverter disusun seperti gambar 4.18 di bawah ini:
Gambar 4. 18 Penyusunan Kotak Sistem Kontrol, Heater dan Exhaust Fan, baterai, Inveter, dan SCC
Untuk keseluruhan sistem kontrol dan monitoring solar dryer dome dapat dilihat pada Gambar 4.19
Gambar 4. 19 Sistem Kontrol dan Monitoring Solar Dryer Dome
4.2.1.2 Pembuatan Sistem Monitoring[Back]a.) Konfigurasi Datastream
Datastreams digunakan untuk menghubungkan pin yang terdapat pada mikrokontroller ke sistem blynk yang akan dibuat. Selain itu, pada proses ini ditentukan tipe data dan rentang interval yang akan digunakan.
Gambar 4. 20 Konfigurasi Datastream di Blynk
b.) Penyusunan Web Dashboard
Web Dashboard adalah antarmuka pada website blynk dari sebuah sistem yang dibuat. Pada tahapan ini ditentukan sebuah datastream akan ditampilkan seperti apa. Pada blynk disediakan berbagai macam widget box yang dapat digunakan untuk antarmuka tampilan pada sistem.
Gambar 4. 21 Penyusunan Tampilan Web Dashboard
c.) Penyusunan Mobile Dashboard
Mobile Dashbord merupakan antarmuka yang menampilkan keadaan data pada sistem monitoring dalam bentuk tampilan aplikasi smartphone. Tujuan penggunaan Mobile Dashboard adalah mempermudah pemantauan sistem. Serta dapat lebih fleksibel dalam melakukan pemeriksaan jika terjadi kegagalan pada sistem.
Gambar 4. 22 Penyusunan Tampilan Mobile Dashboard
d.) Pembuatan Program
Program adalah sekumpulan intruksi yang ditulis dalam kode-kode tertentu yang dapat dipahami oleh mikrokontroller. Program digunakan untuk mengintruksikan sensor dan aktuator untuk menjalankan suatu fungsi tertentu. Dalam program yang dibuat disertakan batasan-batasan yang digunakan sebagai treshold.
Gambar 4. 23 Pembuatan Program
e.) Konfigurasi Blynk
Untuk menghubungkan sistem monitoring dengan komponen yang sudah dirakit dilakukan dengan konfigurasi blynk. Hal tersebut dilakukan dengan menginisialisasi dengan nama sistem, token, serta wifi dan password yang digunakan untuk mengakses internet.
Gambar 4. 24 Konfigurasi Blynk
4.2.2 Panduan Penggunaan Produk[Back]Hubungkan ESP8266 dengan power adapter 5V untuk menghidupkan alat yang sebelumnya telah di-upload source code program.
Aktifkan koneksi internet agar alat dapat bekerja dan terhubung ke aplikasi Blynk.
Sensor DHT11 pada alat akan mendeteksi suhu dan kelembaban pada solar dryer dome.
Jika sensor mendeteksi suhu kurang dari 40oC dan kelembaban lebih dari 60% maka heater dan exhaust fan akan menyala secara otomatis
Nilai data yang terbaca pada sensor DHT11 kondisi heater dan exhaust fan akan tampil di LCD.
Data tersebut dikonversi menjadi data digital dan ditransmisikan secara serial menuju ESP8266.
Data dari ESP8266 akan dikirim ke server Blynk melalui jaringan internet.
Data akan tersimpan dalam server Blynk dan ditampilkan pada platform Blynk yang menampilkan grafik dan suhu serta kelembaban rata-rata dari keempat sensor. Selain itu, pada platform Blynk juga menampilkan informasi mengenai status dari heater dan exhaust fan apakah menyala (on) atau tidak menyala (off).
Berdasarkan penelitan, sistem kontrol dan monitoring solar dryer dome
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan pengukuran suhu pada pagi, siang, sore, dan malam diperoleh data rata-rata suhu secara berturut-turut yakni 30,54oC, 38,46oC, 31,81oC, dan 25,78oC. Dimana keadaan suhu perlu dikontrol agar mencapai kondisi yang optimal.
Berdasarkan pengukuran kelembaban pada pagi, siang, sore, dan malam diperoleh data rata-rata kelembaban secara berturut-turut yakni 89,93%, 63,82%, 89,01%, dan 96,05%. Dimana kelembaban di dalam solar dryer dome perlu dikontrol agar mencapai kondisi yang diinginkan.
Sistem berhasil bekerja untuk melakukan pengontrolan suhu pada solar dryer dome ketika pagi, siang, dan sore hari. Dimana nilai suhu yang diperoleh adalah 41,48oC, 42,47oC, dan 37,56oC. Nilai suhu ideal untuk pengeringan adalah d iatas 40oC. Berdasarkan 3 nilai pengujian yang telah dilakukan didpatkan set point pada 2 pengujian.
Sistem berhasil bekerja untuk melakukan pengontrolan kelembaban pada solar dryer dome ketika pagi, siang, dan sore hari. Dimana nilai kelembaban yang diperoleh ada 56%, 58,5%, dan 67%. Nilai kelembaban ideal untuk pengeringan adalah di bawah 60%. Berdasarkan 3 nilai pengujian yang dilakukan didapatkan set point pada 2 pengukuran.
Sistem berhasil monitoring dengan menampilkan data pengukuran suhu dan kelembaban serta data dapat dikirimkan secara realtime dengan delay yang diatur yaitu ±30 detik untuk setiap penngujian. Hal ini terbukti dari tampilan pada LCD dan aplikasi Blynk sebagai sistem monitoring pada sistem ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa saran untuk pengembangan selanjutnya yakni:
Pengunaan heater dengan kapasitas diatas 300W sehingga proses kenaikan suhu dapat dilakukan lebih cepat.
Mendesain kotak yang dapat mengoptimalkan penyaluran udara panas ke keseluruhan ruangan.
[1] S. Gendro Sari and D. Aulya, “Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2022 LP2M UST Jogja MORFOLOGI BATANG DAN DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS) PADA LINGKUNGAN TUMBUH YANG BERBEDA,” in Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2022, 2022, pp. 390–400.
[2] J. F. Suwandi, M. A. Wijayanti, and Mustofa, “In Vitro Antiplasmodial and Cytotoxic Activities of a Sungkai (Peronema canescens) Leaf Extract,” International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical, vol. 10, no. 10, pp. 109–113, 2018.
[3] M. Latief, I. Lasmana Tarigan, P. M. Sari, and F. E. Aurora, “Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Daun Sungkai (Peronema canescens Jack) Pada Mencit Putih Jantan Antihyperuricemia Activity of Ethanol Extract of Sungkai Leaves-(Peronema canescens Jack) in Male White Mice,” 2021. [Online]. Available: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon
[4] E. Lokaria, M. Widiya, Sepriyaningsih, and E. Suswati, “Pemberdayaan Tim PKK Desa Jajaran Baru melalui Pelatihan Pembuatan dan Pengemasan Teh Daun Sungkai (Peronema canescens),” Bakti Nusantara Linggau: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, vol. 3, no. 1, pp. 19–23, 2023.
[5] J. Pepadu, M. Muharni, E. Efita, F. Ferlinahayati, J. Julinar, and B. Yudono, “DIVERSIFIKASI SEDIAAN DAUN SUNGKAI (Paromena canescens Jack.) SEBAGAI MINUMAN KESEHATAN UNTUK MENINGKATKAN IMUN TUBUH,” Jurnal Pepadu, vol. 4, no. 1, pp. 133–141, 2023, doi: 10.29303/pepadu.v4i1.2247.
[6] T. Selvie Mahrita, Wijantri Kusumadati, Evi Faridawaty, “PENGARUH LAMA PENGERINGAN TERHADAP MUTU TEH HERBAL DAUN SUNGKAI (Peronema canescens Jack),” Jurnal Cakrawala Ilmiah, vol. 2, no. 8.5.2017, pp. 2003–2005, 2022.
[7] F. Kasumawati and S. Hasnah, “Pengaruh Pengeringan Simplisia Terhadap Potensi Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Sungkai (Parenoma Canescens Jack.) Asal Kalimantan,” Jurnal Ilmiah Berkala: Sains dan Terapan Kimia, vol. 16, no. 1, pp. 1–8, 2022.
[8] O. Selvie Mahrita et al., “PENGARUH LAMA PENGERINGAN TERHADAP MUTU TEH HERBAL DAUN SUNGKAI (Peronema canescens Jack),” JCI Jurnal Cakrawala Ilmiah, vol. 2, no. 4, 2022, [Online]. Available: http://bajangjournal.com/index.php/JCI
[9] H. M. Harahap, “Penerapan Metode Pengeringan Vakum Pada Teh Herbal dari Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis),” JIMTANI, vol. 3, pp. 547–559, 2023, [Online]. Available: http://jurnalmahasiswa.umsu.ac.id/index.php/jimtani
[10] P. Thanompongchart, P. Pintana, and N. Tippayawong, “Improving solar dryer performance with automatic control of auxiliary heated air,” Energy Reports, vol. 9, no. S12, pp. 109–113, 2023, doi: 10.1016/j.egyr.2023.09.115.
[11] P. Fithri, I. Juwita, A. Hasan, and A. Muluk, “Pengembangan produk minuman teh sungkai dengan mempertimbangkan preferensi konsumen,” Jurnal Sains dan Teknologi, vol. 23, no. 1, pp. 68–75, 2023, [Online]. Available: https://ojs.sttind.ac.id/sttind_ojs/index.php/Sain
[12] D. Dillasamola, Y. Aldi, F. S. Wahyuni, H. Nasif, and Y. Alen, “Penyuluhan dan Pelatihan Penggunaan Obat Tradisional serta Penerapan Hasil Penelitian Tumbuhan Sungkai (Peronema canescens Jack) kepada Masyarakat,” Jurnal Warta Pengabdian Andalas, vol. 30, no. 1, pp. 60–66, Mar. 2023, doi: 10.25077/jwa.30.1.60-66.2023.
[13] M. Latief, I. Lasmana Tarigan, P. M. Sari, and F. E. Aurora, “Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Daun Sungkai (Peronema canescens Jack) Pada Mencit Putih Jantan Antihyperuricemia Activity of Ethanol Extract of Sungkai Leaves-(Peronema canescens Jack) in Male White Mice,” 2021. [Online]. Available: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon
[14] Fadlilaturrahmah, A. M. P. Putra, and T. Nor, “Uji Aktivitas Antioksidan dan Antitirosinase Fraksi n-Butanol Daun Sungkai (Peronema canescens Jack.) Secara Kualitatif Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis,” Jurnal Pharmascience, vol. 8, no. 2, pp. 90–101, 2021.
[15] A. Yudhana, R. Yudianto, R. Septiyani, W. M. Rahayu, and A. Permadi, “Pemberdayaan Sentra Industri Herbal Wahana Mandiri Indonesia (WMI) Menggunakan Teknologi Pemantauan Kubah Pengering Tenaga Surya Berbasis Internet of Things (IoT),” Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, vol. 8, no. 3, pp. 623–632, Jul. 2023, doi: 10.30653/jppm.v8i3.354.
[16] F. Susanto, N. Komang Prasiani, and P. Darmawan, “IMPLEMENTASI INTERNET OF THINGS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI,” Online, 2022. [Online]. Available: https://jurnal.std-bali.ac.id/index.php/imagine
[17] O. C. Ferdyansyah, “RANCANG BANGUN ALAT PROTOTYPE PENGERING IKAN ASIN BERBASIS INTERNET OF THINGS TERINTEGRASI APLIKASI ANDROID,” Jurnal Informatika dan Teknik Elektro Terapan, vol. 11, no. 3, Aug. 2023, doi: 10.23960/jitet.v11i3.3188.
[18] Supriyanto, Salamudin, and D. Puiianto, “IMPLEMANTASI INTERNET OF THINGS (IOT) PADA SMART COOKER,” Jurnal Informatika dan Komputer (JIK), vol. 14, no. 1, pp. 53–60, 2023.
[19] Y. C. Irawan and Kosdiana, “Rancang Bangun Purwarupa Pendeteksi Berat Muatan Bus Transjakarta Menggunakan Metode Incremental Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno,” Innovation in Research of Informatics (INNOVATICS), vol. 2, no. 1, pp. 8–15, 2020.
[20] Y. Irawan Chandra and M. Riastuti, “Penerapan Metode Prototype Dalam Merancang Purwarupa Pengaman Pintu Kandang Ternak Otomatis Berbasis Mikrokontroler ATMEGA 328P,” INNOVATION IN RESEARCH OF INFORMATICS, vol. 4, no. 1, pp. 22–28, 2022, [Online]. Available: http://innovatics.unsil.ac.id
[21] M. Galih Sayoga, “PROTOTYPE ALAT PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN SUHU RUANGAN SARANG WALET BERBASIS NODEMCU,” vol. 8, no. 1, 2023.
[22] I. P. Dewi and R. Fikri, “Optimalisasi Keamanan Rumah dengan Implementasi Sistem Notifikasi Gerbang Cerdas Berbasis Internet of Things (IoT),” Journal of Computer System and Informatics (JoSYC), vol. 4, no. 4, pp. 816–829, 2023, doi: 10.47065/josyc.v4i4.4004.
[23] S. Primaini Agustanti, D. Adi Nugraha, P. Studi Teknik Komputer, and A. Sigma, “PERANCANGAN SISTEM KEAMANAN SEPEDA MOTOR BERBASIS RFID MIKROKONTROLER ESP8266,” Jusikom: Jurnal Sistem Komputer Musi Rawas, vol. 8, no. 1, pp. 19–29, 2023.
[24] M. Hablul Barri, B. Aji Pramudita, and A. Pandu Wirawan, “ELECTROPS Jurnal Ilmiah Teknik Elektro Sistem Penyiram Tanaman Otomatis dengan Sensor Soil Moisture Dan Sensor DHT11,” Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, vol. 1, no. 1, pp. 9–15, 2022, [Online]. Available: http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/TE
[25] A. Najmurrokhman, Kusnandar, and Amrulloh, “PROTOTIPE PENGENDALI SUHU DAN KELEMBABAN UNTUK COLD STORAGE MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA328 DAN SENSOR DHT11,” J Teknol, vol. 10, no. 1, pp. 73–82, 2018, doi: 10.24853/jurtek.10.1.73-82.
[26] A. Agung and G. Ekayana, “IMPLEMENTASI DAN ANALISIS DATA LOGGER SENSOR TEMPERATURE MENGGUNAKAN WEB SERVER BERBASIS EMBEDDED SYSTEM,” Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, vol. 17, no. 1, 2020.
[27] F. A. Perdana, “Baterai Lithium,” INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA, vol. 9, no. 2, p. 113, Apr. 2021, doi: 10.20961/inkuiri.v9i2.50082.
[28] M. Odhie Prasetio, A. Setiawan, R. Dedi Gunawan, and Z. Abidin, “SISTEM PENGENDALI AIR TOWER RUMAH TANGGA BERBASIS ANDROID,” 2020.
[29] M. H. Wiwi and R. P. Ode, “Prototype Pakan Ikan Berbasis Arduino Uno dengan Menggunakan Modul Ds1307,” Jurnal Pendidikan Tambusai, vol. 7, no. 2, pp. 18571–18576, 2023.
[30] M. Yasin and E. Apriaskar, “MITOR: Jurnal Teknik Elektro Simulasi Monitoring Arus, Tegangan, dan Daya Panel Surya,” Jurnal Teknik Elektro, vol. 23, no. 2, pp. 87–92, 2023, doi: 10.23917/emitor.v22i2.21092.
[31] R. Hariri, M. A. Novianta, and S. Kristiyana, “PERANCANGAN APLIKASI BLYNKUNTUK MONITORINGDAN KENDALI PENYIRAMAAN TANAMAN,” Jurnal Elektrikal, vol. 6, no. 1, pp. 1–10, 2019.
[32] L. Kamelia, Y. Sukmawiguna, and N. U. Adiningsih, “RANCANG BANGUN SISTEM EXHAUST FAN OTOMATIS MENGGUNAKAN SENSOR LIGHT DEPENDENT RESISTOR (LDR),” Jurnal Istek, vol. 10, no. 1, pp. 154–169, 2017.
[33] L. Eko Nuryanto, A. Hardito, E. Triyani, H. Santosa, S. H. Pengajar Jurusan Teknik Elektro -Politeknik Negeri Semarang JlProf Soedarto SH, and T. Semarang -, “KARAKTERISTIK PANEL SURYA KAPASITAS 200 WP PADA PENERANGAN JALAN UMUM TENAGA SURYA,” Jurnal Orbith, vol. 19, no. 2, pp. 133–143, 2023.
[34] HENDRO WIDIARTO and ASEP SAMANHUDI, “RANCANGAN PEMANFAATAN TENAGA SURYA SEBAGAI SUMBER ENERGI DI GEDUNG POWER HOUSE BANDARA BANYUWANGI,” Knowlegde: Inovasi Hasil Penelitan dan Pengembangan, vol. 3, no. 3, pp. 195–204, 2023.
[35] I. Kadek Agus Cahaya Aditya, I. W. Kadek Ervan Hadi, and A. Wibolo, “Rancang bangun simulasi alat pengering menggunakan metode in store dengan panel surya sebagai sumber energi,” Jurnal Politeknik Negeri Bali, vol. 3, no. 1, pp. 1–7, 2022, [Online]. Available: https://repository.pnb.ac.id.
- File Laporan Akhir klik disini
- File Poster klik disini
- File Rangkaian Simulasi klik disini
- File Rangkaian Fritzing klik disini
- File Program Arduino Sistem klik disini
- File Rangkaian Simulasi Video klik disini
- File Program Arduino Video klik disini
- File Video Simulasi Rangkaian klik disini
- File Video Program Sistem klik disini
- File Video Demo Sistem klik disini
No comments:
Post a Comment